2.1 Zaman Prasejarah (Sebelum Masehi)
Sejarah kimia dimulai lebih dari 4000 tahun yang lalu dimana bangsa Mesir mengawali dengan the art of synthetic "wet" chemistry. 1000 tahun SM, masyarakat purba telah menggunakan teknologi yang akan menjadi dasar terbentuknya berbagai macam cabang ilmu kimia. Ekstrasi logam dari bijinya, membuat keramik dan kaca, fermentasi bir dan anggur, membuat pewarna untuk kosmetik dan lukisan, mengekstraksi bahan kimia dari tumbuhan untuk obat-obatan dan parfum, membuat keju, pewarna, pakaian, membuat paduan logam seperti perunggu.
Mereka tidak berusaha untuk memahami hakikat dan sifat materi yang mereka gunakan serta perubahannya, sehingga pada zaman tersebut ilmu kimia belum lahir. Tetapi dengan percobaan dan catatan hasilnya merupakan sebuah langkah menuju ilmu pengetahuan.Pemikiran yunani kuno lahir dari Leucippus dan pengikutnya Democritus yang sedang berjalan-jalan dipinggir pantai Aegean. Leucippus mengatakan kekagumannya akan kerasnya suara air laut yang berkelanjutan, kelihatannya, atau mungkin merupakan susunan yang sangat kecil, partikel terpisah seperti butiran pasir pantai. Dari kejauhan, pasir terlihat bersatu, tapi jika diamati lebih jauh ditemukan butiran-butiran yang terpisah. Leucippus bisa membagi air menjadi tetesan dan masing- masing dari mereka menjadi lebih kecil. Pemikiran tetang pembagian yang tidak berakhir ini melandasi pandangan bangsa Yunani pada saat itu, tetapi Leucippus, pada dasar intiusinya menyimpulkan bahwa pasti ada akhir dari pembagian – pasti ada partikel terakhir yang tidak bisa dibagi lagi.
Atom yang dipaparkan oleh Lucretius memiliki kemiripan dengan molekul modern. Atom adalah entitas abstrak. Atom memiliki bentuk yang khas dengan fungsi yang sesuai dengan bentuknya. Teori struktural modern molekul menyatakan bahwa terdapat hubungan yang sangat dekat antara struktur molekul dan fungsinya.Sedangkan Democritus sendiri Pada tahun 430 SM, Democritus (460-370 SM) menyatakan atom menjadi materi yang paling sederhana. Semua materi terdiri dari atom. Alam semesta terdiri atas atom-atom dan ruang hampa. Atom-atom itu bergerak dan dapat mengubah posisinya. Atom bersifat kekal, tak dapat dilihat dan tak dapat dibagi. Atom berbeda satu dengan yang lain dari ukuran, posisi, susunan, berat dan kecepatannya. Benda yang tampak sesungguhnya merupakan kumpulan atom-atom dan benda yang stabil terdiri atas atom-atom yang saling berkaitan. Perubahan wujud benda disebabkan oleh gerakan, tumbukan, dan pengikatan kembali atom-atom tersebut.
Pada tahun 300 SM, Aristoteles, menyatakan bahwa di alam ini hanya ada empat elemen: api, udara, air dan bumi. Api bersifat panas dan kering, Bumi bersifat dingin dan kering, Air bersifat dingin dan basah, sedangkan udara bersifat panas dan basah. Jalan dari filosofi Yunani kuno ke teori atom modern tidak selalu mulus. Di Yunani kuno, ada perselisihan yang tajam antara teori atom dan penolakan keberadaan atom.
Alkimia Cina
Alkimia Cina dianggap sebagai salah satu yang tertua. Alkimia dari negeri panda ini lebih dititikberatkan pada aspek spiritual dengan mencari cara menuju keabadian (menjadi zhenren – manusia sejati). Penggunaan obat (elixir of life) untuk mencapai keabadian ini juga ditemukan dalam literatur India yang diduga ditulis pada sekitar awal tahun 1000 sebelum masehi, atharva-veda. Tapi para ahli meragukan kalo alkimia Cina bersumber pada alkimia India.Alkimia Cina sangat mempengaruhi perkembangan pengobatan tradisional di sana. pengobatan tidak hanya menggunakan herbal tapi juga mineral. Di samping itu juga penerapan yin-yang dan serba lima. Serba lima ini antara lain lima unsur: api-air-tanah-logam-kayu, lima arah mata angin: utara-timur- selatan-barat-tengah, lima warna: kuning-biru-merah-putih-hitam, lima logam: emas-perak-timbal-tembaga-besi.
Alkimia Cina mulai memudar setelah banyak percobaan gagal dalam pencarian elixir of life. Banyak korban dari kalangan istana dan alkemis akibat keracunan resep mereka sendiri yg ternyata adalah elixir of death. Diduga kuat karena banyaknya pemakaian merkuri dan arsenik. Pudarnya alkimia di Cina juga disebabkan karena masuknya ajaran Buddha ke Cina, yang menawarkan jalan ke keabadian dengan cara yang lebih aman.
Sama seperti alkimia Cina, alkimia India juga lebih menitikberatkan pada sistem pengobatan ketimbang mencari cara membuat emas. Tidak seperti Cina, alkemis india tidak terlalu fokus ke elixir of life ato cairan untuk hidup abadi tapi lebih menekankan pada pengobatan pada penyakit tertentu dengan tujuan untuk memperpanjang hidup. Pustaka yang paling berpengaruh adalah veda.
Alkimia India juga mengenal pembagian elemen, hanya saja sedikit berbeda dengan cina: api-angin-air-bumi-angkasa. Dikenal pula tentang vitalisme, dualisme cinta-benci atau aksi-reaksi. Mereka juga punya enam logam: emas, perak, timah, timbal, besi, dan tembaga. Selanjutnya masing-masing masih dibedakan lagi, misalnya lima jenis emas. Alkimia India dan Cina telah berhasil membuat resep kembang api dan serbuk mesiu 2-5 abad lebih cepat daripada eropa.
Alkimia helenistik berkembang di mesir dengan tokoh utamanya zosimos dari panopolis, synesius, dan democritus. Zosimos adalah salah satu penulis kompendia alkimia di Byzantium (konstantinopel) pada abad 7-8 SM. Pustaka penting lainnya adalah physica et mystica. Buku ini berisi resep pembuatan zat warna dan cara pewarnaan, tapi utamanya pada pembuatan emas dan perak.
Pada tahun 1828 kumpulan manuskrip papirus purba yang ditulis di yunani dibeli di Thebes, mesir, dan setengah abad kemudian diketahui bahwa sebagian isinya sangat mirip dengan physica et mystica. Di sini dapat disimpulkan bahwa alkimia helenistik sangat mempengaruhi alkimia Yunani.
2.2 Zaman Masehi -Akhir abad ke-17 (Alkimia)
Sejarah kimia dapat dianggap dimulai dengan pembedaan kimia dengan alkimia oleh Robert Boyle (1627–1691) melalui karyanya The Sceptical Chymist (1661). Baik alkimia maupun kimia mempelajari sifat materi dan perubahan-perubahannya tapi, kebalikan dengan alkimiawan, kimiawan menerapkan metode ilmiah.
Alkimia dipraktikkan oleh banyak kebudayaan sepanjang sejarah dan sering mengandung campuran filsafat, mistisisme, dan protosains.
Alkimiawan menemukan banyak proses kimia yang menuntun pada pengembangan kimia modern. Seiring berjalannya sejarah, alkimiawan- alkimiawan terkemuka (terutama Abu Musa Jabir bin Hayyan dan Paracelsus) mengembangkan alkimia menjauh dari filsafat dan mistisisme dan mengembangkan pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah. Alkimiawan pertama yang dianggap menerapkan metode ilmiah terhadap alkimia dan membedakan kimia dan alkimia adalah Robert Boyle (1627–1691). Walaupun demikian, kimia seperti yang kita ketahui sekarang diciptakan oleh Antoine Lavoisier dengan hukum kekekalan massanya pada tahun 1783.
Atom memiliki partikel dasar, yaitu proton neutron dan electron. Proton ditemukan oleh Goldstein pada tahun 1886. Neutron ditemukan oleh James Chadwick pada tahun 1932. Elektron ditemukan oleh J.J. Thompson pada tahun 1897.
Bertolak dari karya dan pemikiran Aristoteles, maka banyak para alkimia yang berlomba-lomba untuk membuat emas dari logam yang murah. Namun mereka telah gagal untuk menyulap logam lain menjadi emas. Waktu itu mereka mempercayai sepenuhnya pada pemikiran-pemikiran Aristoteles sehingga pandangan mereka menjadi kabur. Pada umunya para ahli kimia di Eropa hingga abad ke-13 percaya bahwa logam itu terbentuk dari unsur raksa dan belarang. Mereka juga berpendapat bahwa logam-logam biasa dapat diubah menjadi logam yang lebih mulia yakni emas. Pendapat ini didasari oleh kepercayaan bahwa semua benda dibentuk oleh “badan dan roh”, seperti halnya manusia. Mereka telah melakukan penyulingan atau destilasi, yaitu memanaskan suatu zat cair hingga mendidih dan uap yang terbentuk didinginkan hingga mengembun kembali. Dari hasil penyulingan tersebut mereka berharap dapat memperoleh roh yang merupakan unsur utama dari suatu zat, yang dapat mereka gunakan untuk meningkatkan kemurnian suatu bendalain. Dengan pandangan ini mereka percaya bahwa mereka akan dapat melakukan transmutasi terhadap logam biasa hingga menjadi emas yang mereka anggap sebagai logam yang paling mulia. Di antara logam-logam yang mereka kenal, hanyalah raksa yang dapat disuling, karena itu raksalah yang menjadi pusat perhatian dari ahli kimia pada masa itu. Pada tahun 1317 Paus John XXII mengeluakan maklumat yang melarang dilakukan praktek alkimia.
Dunia Islam telah mengalami perkembangan yang cukup pesat dalam ilmu pengetahuan tak terkecuali dengan Ilmu Kimia. Ilmu kimia di kemudian hari berkembang sangat pesat dan dikenal banyak orang. Tapi, hanya sedikit yang tahu siapa sejatinya orang pertama yang menemukan ilmu eksakta tersebut. Adalah Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan (721-815), ilmuwan Muslim pertama yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia.
Ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di Barat ia dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ditemukannya kimia oleh Jabir ini membuktikan, bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga menguasai ilmu-ilmu umum. Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern.
Jabir mendasari eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhiri uraiannya pada setiap eksperimen.
Pada perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong, peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi, penguapan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan, pemurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Setelah itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aristoteles mengenai dasar logam, yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya, Jabir melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah yang mengantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance dunia Barat.
Namun demikian, dalam mempelajari kimia, Jabir memperkenalkan eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan spekulasi Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta.
Terobosan Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah preparasi asam sendawa, hidroklorik, asam sitrat dan asam tartar. Penekanan Jabir di bidang eksperimen sistematis ini dikenal tak ada duanya di dunia. Inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi kehormatan sebagai ‘Bapak Ilmu Kimia Modern’ oleh sejawatnya di seluruh dunia. Dalam hal teori keseimbangan, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya. Sangat spekulatif, di mana Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada di dalam suatu interaksi zat-zat berdasarkan sistem numerologi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kaitan dengan alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi alamiah dari produk sebagai hasil dari reaktan yang bereaksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan arti penting dalam sejarah kimia. Di antaranya adalah hasil penyulingan tawas, amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Pelbagai jenis asam diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material berharga untuk beberapa proses industrial. Penguraian beberapa asam terdapat di dalam salah satu manuskripnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada Kearifan) .
Seluruh karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia Jabir mencakup penguraian metode dan peralatan dari berbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang diketahui pada zamannya. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al Falsafiyah yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin berjudul Summa Perfecdonis.
Suatu pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah: “Air raksa (merkuri) dan belerang (sulfur) bersatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah salah menganggap bahwa produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalah bahwa, keduanya mempertahankan karakteristik alaminya, dan segala yang terjadi adalah sebagian dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak mungkin membedakannya secara seksama. Jika dihendaki memisahkan bagianbagian terkecil dari dua kategori itu oleh instrumen khusus, maka akan tampak bahwa tiap elemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya. Hasilnya adalah suatu kombinasi kimiawi antara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.”
Ide-ide eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk mengklasifikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan metal, nonmetal dan penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya:
- Air (spirits), yakni yang mempengaruhi penguapan pada proses pemanasan, seperti pada bahan camphor, arsenik dan amonium klorida,
- Metal, seperti pada emas, perak, timah, tembaga, besi, dan
- Bahan campuran, yang dapat dikonversi menjadi semacam bubuk.
2.3 Zaman Akhir abad ke-17 – Mid Abad 19 (Kimia Tradisional)
Pendefinisian ilmu kimia pada masa ini dimulai dengan adanya teori flogiston. Teori ini dikemukakan oleh Georg Ernst Stahl. Kata flogiston berasal dari kata Yunani “phlox” yang berarti nyala api. Apabila suatu benda terbakar atau suatu logam dikapurkan, maka flogiston akan keluar dari benda tersebut dan diberikan kepada udara di sekitarnya. Menurut Stahl pada hakekatnya semua benda mengandung flogiston. Suatu benda mempunyai sifat mudah terbakar apabila di dalamnya terdapat banyak flogiston dan benda yang banyak flogiston dapat menumbangkan flogistonnya kepada benda lain yang kekurangan flogiston. Jadi menurut Stahl ilmu kimia didasarkan pada teori flogiston ini.
Seorang ahli kimia yang masih menggunakan teori flogiston dan dikenal sebagai penemu oksigen adalah Joseph Priestley yang lahir di Inggris Raya pada 1733. Priestley berpendapat bahwa apabila lilin yang menyala dalam penyungkup itu kemudian padam, berarti udara dalam penyunkup tersebut telah jenuh dengan flogiston dan tidak dapat menyerapnya lagi. Oleh karena dalam gas yang baru ia temukan lilin dapat menyala dengan hebat, maka Priestley menarik kesimpulan bahwa gas tersebut tentulah tak mengandung flogiston sama sekali. Karenanya gas itu disebut “dephlogisticated air”, sedangkan gas yang ketinggalan dalam pembakaran suatu benda dalam udara biasa (gas sisa) disebut “phlogisticated air”.
Teori flogiston akhirnya ditumbangkan oleh Antoine Laurent Lavoisier. Dalam experimentnya ia berpendapat bahwa benda hanya dapat terbakar dalam “air eminemment pur”, zat yang bukan logam pada pembakaran menghasilkan asam karenanya “udara murni” itu dinamakan oksigen (oxus = asam; gen = membuat), logam berubah menjadi kapur logam dengan jalan mengikat oksigen, proses pembakaran ialah penggabungan kimia antara benda dengan oksigen, jadi bukanlah keluarnya flogiston dari dalam benda.
Pada tahun 1803, John Dalton menyatakan bahwa semua materi terdiri dari atom, yang kecil dan tak terpisahkan
Zaman Mid Abad ke 19 – Sekarang (Kimia Modern)
Sebenarnya oksigen ditemukan secara independen oleh dua kimiawan, kimiawan Inggris Joseph Priestley (1733-1804) dan kimiawan Swedia Car Wilhelm Scheele (1742-1786), di penghujung abad ke-18. Jadi, hanya sekitar dua ratus tahun sebelum kimia modern lahir.
Sebenarnya, teori atom tetap tidak ortodoks dalam dunia kimia dan sains. Orang-orang terpelajar tidak tertarik pada teori atom sampai abad ke-18. Di awal abad ke-19, kimiawan Inggris John Dalton (1766-1844) melahirkan ulang teori atom Yunani kuno. Bahkan setelah kelahirannya kembali ini, tidak semua ilmuwan menerima teori atom. Penemuan unsur kimia memiliki sejarah yang panjang yang mencapai puncaknya dengan diciptakannya tabel periodik unsur kimia oleh Dmitri Mendeleev pada tahun 1869. Tidak sampai awal abad 20 teori atom, akhirnya dibuktikan sebagai fakta, bukan hanya hipotesis. Hal ini dicapai dengan percobaan yang terampil oleh kimiawan Perancis Jean Baptiste Perrin (1870-1942). Jadi, perlu waktu yang cukup panjang untuk menetapkan dasar kimia modern.
Penghargaan Nobel dalam Kimia yang diciptakan pada tahun 1901 memberikan gambaran bagus mengenai penemuan kimia selama 100 tahun terakhir. Pada bagian awal abad ke-20, sifat subatomik atom diungkapkan dan ilmu mekanika kuantum mulai menjelaskan sifat fisik ikatan kimia.
Pada zaman ini muncullah berbagai penemuan-penemuan penting dalam ilmu kimia dan para kimiawan modern antara lain.
Pada tahun 1879, William Crookes membuat kemajuan dalam teori atom modern ketika ia menggunakan tabung vakum yang dibuat oleh Heinrich Geissler untuk menemukan sinar katoda. Crookes menciptakan tabung gelas vakum yang memiliki lapisan seng sulfida di bagian dalam salah satu ujung, sebuah katoda logam tertanam di ujung lainnya dan anoda logam dalam bentuk salib di tengah-tengah tabung. Ketika listrik dijalankan melalui aparat, gambar salib muncul dan ZnS bersinar. Sinar ini disebut sinar katoda.
Pada tahun 1885, Eugene Goldstein menemukan partikel positif dengan menggunakan tabung diisi dengan gas hidrogen (tabung ini mirip dengan tabung Thomson). Partikel positif memiliki muatan yang sama dan berlawanan dengan elektron. Ia juga memiliki massa 1.66E-24 gram atau satu unit massa atom. Partikel positif ini bernama proton.
Pada tahun 1897, JJ. Thomson menempatkan tabung Crookes dalam medan magnet. Dia menemukan bahwa sinar katoda bermuatan negatif. Dia menyimpulkan bahwa semua atom memiliki muatan negatif (melalui eksperimen lagi) dan dia menyebutnya sinar katoda elektron. Model atom menunjukkan lingkup materi bermuatan positif dengan elektron negatif terjebak di dalamnya
Sumber:https://sites.google.com/a/unila.ac.id/anadia-rosaria/chemistry/class-stuff/sejarah-kimia/sejarah-kimia-dari-zaman-ke-zaman
EmoticonEmoticon